Tuesday, August 4, 2015

Apa itu DI Box?

Udah pada tahu yang namanya DI box dooong...? 
DI Box adalah perangkat elektronik yang fungsinya mengubah untuk sinyal audio yang memiliki impedansi tinggi yang biasanya rentan akan noise (unbalance) menjadi sinyal impedansi rendah (balanced). Yang sering menjadi pertanyaan justru perlu nggak-nya sih sebuah DI box. 

Produk DI box dari Radial Engineering

Jawabannya tergantung. Tergantung ada duit atau nggaknya. Ya ya ya... Itu memang bener, tapi selain faktor duit masih ada kajian lain dari faktor teknis.

Sebuah direct box dipelukan untuk memungkinkan penggunaan kabel panjang tanpa menimbulkan noise maupun penurunan kualitas sinyal yang dihantarkan. Sinyal high-impedance cenderung lebih rentan terhadap noise dan menjaga panjang kabel dibawah 8 meter adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dijelaskan diatas, sebuah DI box mengkonversi  sinyal dengan impedansi tinggi (high-impedance) dari sebuah instrumen menjadi sinyal impedansi rendah / balanced. Hal ini memungkinkan sinyal instrumen mampu melewati kabel dengan panjang 100 meter tanpa menimbulkan noise. Output dari DI box adalah mic level - sehungga sinyal yang terbalans diterima seperti microphone.

Saat situasi live, mixer biasanya ditempatkan di FOH yang jaraknya berkisar antara 50 s/d 100 meter dari bibir panggung. Beberapa instrumen seperti gitar bass, gitar akustik dan kibor biasanya dicolokkan ke sebuah DI box kemudian sinyal dikirim dan di-mixing di FOH. Bagi sound engineer, meng-capture sound sebelum sound itu diproses oleh musisi diatas panggung akan sangat mempermudah untuk diolah di mixing console.

Di dalam studio, merekam dari ruangan terpisah sangat memudahkan engineer untuk menangkap sinyal langsung dari instrumen melalui sebuah direct box atau bisa juga menodongkan sebuah mic di depan ampli untuk menangkap sound yang dihasilkan oleh speaker ampli. Saat merekam di control room, bisa jadi perlu atau bahkan tidak perlu sebuah DI box, tergantung tone yang ingin dikejar. Kebanyakan mixer memiliki tipe input 'one size fits all”, satu untuk semua. DI box yang bagus mampu memberikan sinyal instrumen dengan impedansi yang tepat untuk diteruskan ke mixing console atau recording system. Hal inilan yang membuat sound instrumen terdengar smooth dan lebih natural.

Nah, kira-kira perlu gak? 

Selanjutnya kita akan bahas tentang jenis dan pemilihan DI box sesuai dengan kebutuhan.

Wednesday, July 22, 2015

YOU C WATER RUSH


Ayo bantu Robin Van Persie dan Angel Di Maria mencapai akhir permainan tanpa diserang oleh Cyborg dan memenangkan banyak hadiah menarik: 
• Pemenang 1 mendapatkan SAMSUNG Galaxy Note 4
• Pemenang 2 & 3 mendapatkan @ SAMSUNG Galaxy E Series
• Pemenang 4 & 5 mendapatkan Voucher MAP @ 600.000
• 10 Pemenang mingguan Voucher MAP @ 300.000

Periode game berakhir pada 31 Juli 2015. Segera mainkan sebelum kehabisan waktu!





Thursday, July 2, 2015

Klotz TITANIUM

Dalam dunia perkabelan audio/video, performa dan nama Klotz sudah tidak terbantahkan lagi kualitasnya sejak tahun 1979. Baik di Jerman sendiri maupun perusahaan-perusahaan instalasi - rental sound system - perlengkapan multimedia kelas dunia mempercayakan performa dan konsistensi produk-produk Klotz.  

Dalam dunia musik, dulu, para musisi khususnya gitaris dihadapkan pada 2 pilihan kabel untuk mengakomodasi kebutuhan mereka; yaitu great sound atau low cable microphony. Mungkin termasuk Anda. Tapi saat ini, Klotz TITANIUM menggaransi mampu mengakomodasi keduanya; Superb Sound Quality PLUS Minimal Microphony dalam satu kabel!

Spesifikasi
Ultra-low capacitance (75 pF/m)
High-quality 99.95 cent copper conductor
Foamed PE insulation
Separating layer to optimize signal
Highly conductive PE screen
Spiral shield of ultra-fine copper wire
Abrasion-resistance highly flexible outer jacket.
Klotz benar-benar berhasil membuat terobosan baru yang revolusioner dalam hal design maupun teknologi. Dengan konduktor tembaga berkualitas tinggi (99,95%) dan ultra-low capacitance 75 pF/m, Klotz TITANIUM tidak hanya memastikan sinyal dan tone yang superb; tetapi juga sangat rigid dan tangguh dalam mengeliminasi subsonic noise, motion noise serta berbagai interference. Dengan kemampuan tersebut, ditambah konektor Neutrik 2p, 6,35 mm (terdapat pilihan silentPLUG™) yang dikombinasikan dengan reputasi dan pengalaman yang dimiliki Klotz dalam teknologi kabel selama bertahun-tahun, membuat kabel ini benar-benar unik dan special.

SilentPLUG™ adalah sebuah teknologi pada konektor yang memiliki kemampuan switched ON ketika dicolokkan dan swithed OFF (mute signal) pada saat konektor dilepas dari gitar, secara otomatis. Pada kabel dan konektor pada umumnya, pada saat konektor di unplugged dari gitar pada posisi ampli masih ON, akan terdengar lagi suara noise atau hum. Dengan SilentPLUG™Jadi Anda tidak perlu mengecilkan volume atau memencet fitur stand by pada ampli. Cukup lepas konektor, maka SilentPLUG™ akan bekerja dengan sendirinya me-mute suara 'ribut' pada ampli.

Kabel ini diproduksi di Jerman. Setiap kabel melewati serangkaian test sebelum dipakai oleh end user. Salah satunya adalah metode battery test untuk memastikan kabel dapat menghantarkan sinyal dengan baik. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Itulah kenapa Klotz sangat percaya diri menggaransi setiap pemakai TITANIUM dengan garansi seumur hidup!

Kabel premade ini memiliki alternatif panjang 3 meter, 4,5 meter, 6 meter dan 9 meter. Akan tetapi yang masuk ke Indonesia ukuran 3 meter dan 6 meter. Pasti sudah pada tahu khan, semakin panjang kabel semakin banyak sinyal yang di ”korupsi” (signal loss) dan semakin menurunkan clarity sinyal yang dibawa.

Kesimpulan

Dengan material konduktor berkualitas tinggi dan capacitance rendah, high end pre made cable ini memiliki transparasi sinyal maksimum, tapi meng-kompres pada level terendah. Hasilnya, sound akhir yang dihasilkan benar-benar stand out!


Wednesday, July 1, 2015

RCF ART-745A


Apa yang membuat speaker RCF ART-745-A layak untuk dilirik? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mungkin pertanyaan berikut akan sedikit memberi petunjuk; "Ada yang belum atau tidak tahu RCF ART-500A?" Active speakers legendaris yang paling banyak dipakai oleh rental-rental di Indonesia. Tentu saja hal tersebut mengindikasikan bahwa ART-500A memang paling laku dan diincar banyak rental. Kalau belum tahu jawabannya, mungkin jawaban berikut dapat memberikan pencerahan.

ART-500A terkenal kenceng suaranya, mid-range nya stand out dan bandel alias tidak gampang rusak. Tapi dengan berat yang mencapai 40 Kg tentunya memerlukan tenaga extra untuk mengangkatnya. Belum lagi harus pijat setelah loading out karena pinggang sakit. Hihihihi...
Untuk mengulang kejayaan ART-500A yang sukses di pasaran, pabrikan RCF merilis active speaker terbaru yang memiliki keunggulan seperti ART-500A, dengan suara yang kencang, mid yang stand out dan bandel tetapi TIDAK BERAT : RCF ART-745A! 

Secara kemampuan, ART-745A dibekali dengan SPL tinggi (133 dB), mid yang tegas tapi sopan dan memiliki bobot yang hanya 20 Kg! Setengah dari ART-500A. Jadi 1 orang bisa mengangkat 2 box sekaligus.

Pertanyaan lagi, "kenapa bisa begitu?" 
TEKNOLOGI HIGH DRIVER dengan diaphragm yang memiliki berdiameter 4”. 
Apa keunggulan diaphragm 4”? *perasaan nanya mulu, hehehehe...

Pada umumnya, kebanyakan speaker aktif memiliki HF driver yang berdiameter 2,5” – 3” dengan crossover point disekitar 1K6 Hz. Area mid-range inilah yang menjadi problem di kebanyakan speaker aktif, yaitu vocal yang kurang natural, mid yang terlalu kasar (gak sopan) dan masih banyak lagi. Hal ini disebabkan karena interaksi kedua driver di frekuensi tersebut.
Jadi, solusinya bagaimana? "Gampang! Rendahkan lagi crossover point untuk HF drivernya!" Jawaban yang cepat dan tepat ala cerdas cermat. Dengan merendahkan cross over point dibawah 800 Hz pasti akan bisa me-repro mid yang natural dan kaya sehingga problem “gak sopan” tadi menyingkir dengan sendirinya.

Lalu kenapa tidak semua speaker aktif menurunkan crossover point-nya? Tidak semudah itu!
Untuk menurunkan crossover point tersebut, artinya HF driver tersebut harus mampu untuk menahan getaran di frekuensi low mid tersebut (<1kHz), sayang nya kebanyakan HF driver akan rusak pada saat me-repro frekuensi low mid tersebut ( umunya ditandai dengan robek nya diaphragm). Hal ini disebabkan oleh kekerasan (stiffness) dari bahan surround dari compression driver tersebut yang tidak mampu menahan getaran di frekuensi low mid. 

Teorinya, 3" dome diaphragm memerlukan excursion yg lebih besar untuk menghasilkan SPL yg sama di frekuensi low mid dibandingkan 4". Bila hanya di besarkan ukurannya saja secara sembarangan, maka compression driver mungkin bisa me-reproduksi low mid tapi tidak akan mampu mengeluarkan high yg baik. Ini dikarenakan titanium standart kurang kaku (stiff) untuk mengasilkan high frequency pada dome dengan voice coil 4". 


ART-745A memiliki crossover point pada 650 Hz (We Oo We...!) sehingga mampu me-reproduksi suara mid yang sangat natural dan sopan tapi tetep cetar membahana berkat SPL yang gak main-main: 133 dB!

Untuk mencapai objective tersebut, RCF menggunakan bahan titanium yang memiliki grade stiffness teratas dan teknologi REFLEX PORT pada HF surround diaphragm untuk memperendah jangkauan low mid-nya. Artinya HF driver tersebut mampu mereproduksi frekuensi low mid tapi juga cukup stiff untuk menghasilkan frekuensi high yang mumpuni. 
Engineer pada bilang kalo crossover point nya bisa sampai 650 Hz, pasti mixing-nya gampang. Lebih jadi suaranya. Nggak percaya? Ya buktikan sendiri. 

Tuesday, April 14, 2015

GEAR REVIEW : SYSTEM 10 STOMPBOX

Hello… What’s up?! Lama juga ya gak nge-blog. Kali ini saya akan me-review salah satu perangkat pendukung untuk musisi, khususnya gitaris seperti saya. Yang pertama dari review-review yang saya lakukan kedepannya adalah guitar wireless besutan Audio-Technica: System 10 Stompbox.

Oke let's check it out!

WHAT’S IN THE BOX?

Saat pertama kali menerima packaging System 10 Stompbox ini, yang terlihat adalah dus berwarna putih bergrafis biru khas Audio-Technica yang terpampang gambar sebuah transmitter dan stompbox. Untuk beberapa saat, bertanya-tanya dalam hati; “Ini seriusan Audio-Technica bikin pedal effect?” Tanpa mau memperpanjang rasa penasaran lebih lama, saya buka kemasan dan melihat apa saja didalamnya. Lihat gambar dibawah:


  1. ATW-R1500 Stompbox Reveiver
  2. ATW-T1001EX UniPak® body-pack transmitter
  3. AT-GcW guitar cable 
  4. Adaptor (power supply)

FIRST IMPRESSION

Diluar konteks pembahasan perangkat ini, saya selalu mengagumi karya-karya yang dihasilkan oleh orang Jepang secara umumnya. Detail yang rapi, presisi dan estetika tinggi adalah salah satu tradisi bangsa Jepang dalam menciptakan sebuah karya. Tak terkecuali System 10 Stompbox ini. Saya mendapati finishing yang begitu detail, rapi, dan kokoh. Setiap bagian dari system ini terlihat sangat artistik.

Oke, selanjutnya kita coba kulik fitur-fitur yang dimiliki stompbox ini...


SYSTEM 10

System 10 adalah digital wireless system yang beroperasi pada range 2.4 GHz, 24-bit. Dimana pada ‘jalur’ ini sangat aman dan jauh dari interferensi sinyal TV ataupun DTV. Hasilnya; akurasi sinyal tanpa latency dan sound yang jernih nan natural! Klaim tersebut saya rasa memang masuk akal, mengingat saat ini di Indonesia belum banyak device yang beroperasi pada frekuensi digital 2.4 GHz.




System 10 mempunyai rentang frekuensi yang lebih lebar daripada produk sejenis yang duluan keluar. Saya tidak perlu menyebut merk maupun jenisnya. Respon pada kisaran 20 Hz - 20.000 KHz yang dimiliki oleh System 10 Stompbox ini mampu meng-capture sinyal di berbagai tingkatan frekuensi dengan baik. Itulah kenapa System 10 Stompbox ini tidak hanya bisa digunakan oleh gitaris, tapi juga instrument lainnya seperti bass yang menghuni frekuensi bawah. 


ATW-R1500 Stompbox Receiver

Ini adalah hal yang sempat mengecoh saya dan menganggap bahwa perangkat ini adalah sebuah pedal efek untuk gitar (overdrive, distortion, delay dll). Mungkin beberapa dari Anda juga begitu. Secara desain receiver System 10 Stompbox sangat tidak lazim jika dibandingkan dengan perangkat wireless receiver merk lain. 


Dengan body chasing yang terbuat dari material baja yang kokoh, perangkat elektronik didalamnya digaransi aman terlindungi. Hal ini mempermudah dalam pengaplikasiannya. Cukup diletakkan di pedalboard bersanding dengan pedal stompbox lain. 

Pada panel atas receiver, terdapat beberapa fitur sebagai berikut:
  • Toggle Switch button untuk memilih kedua output (A dan B)
  • Display indikator daya battery pada transmitter
  • Tombol untuk pairing 
  • Tombol System ID untuk memilih transmitter yang akan dihubungkan dengan receiver, dimana system receiver ini bisa di-pairing sampai dengan 8 transmitter. 
Dengan kemampuan pairing sampai dengan 8 transmitter, gitaris yang menggunakan lebih dari 2 gitar pada saat show tidak perlu repot-repot melepas dan memasang transmitter dari satu gitar ke gitar lain. Cukup pasangi gitar-gitar itu dengan transmitter. Begitu akan digunakan, tinggal pilih nomor ID dalam receiver yang sesuai dengan nomer ID pada transmitter. Benar-benar mudah dan instan!


Pada panel samping, terdapat 2 output TRS balanced 1/4”. Output A dan B. Kedua output ini bisa hubungkan dengan 2 ampli sekaligus; A ampli dan ampli B atau A ampli dan B tuner. Output ini dioperasikan / switching dengan toggle switch yang ada pada panel atas. 



Pada panel depan, terdapat fitur pemilihan mode output A dan B tadi. Kita bisa memilih A or B untuk pemakaian 2 ampli sekaligus. Sedangkan mode A mute, kita bisa mengaplikasikan ampli pada output A dan Tuner pada output B. Pada saat kita mengaktifkan Output A, out B tetap berfungsi. Apabila kita tekan toggel switch memilih output B untuk menyetem gitar, output A akan di-mute oleh sistem.




ATW-T1001EX UniPak® body-pack transmitter

UniPak® Transmitter yang dipatenkan oleh Audio-Technica ini secara desain terlihat sangat elegan. Terbuat dari material plastik. Untuk mengaktifkannya hanya memerlukan battery AA. Tidak memakai battery lithium / kotak seperti yang dipakai oleh peranti lainnya. Untuk mendapatkannya pun relatif mudah mencari battery AA daripada battery kotak. Bayangkan saat manggung di daerah terpencil, kebetulan stok battery lithium kita habis dan susah mendapatkan.



Untuk aplikasi pada instrumen, ATW-T1001EX memiliki high-impedance input. Jadi detail sinyal dapat diteruskan dengan baik ke receiver. Disinilah kunci utama mendapatkan sound yang jernih dan natural.

Pada unit transmitter UniPak® , terdapat beberapa fitur. Pada bagian depan, terdapat display nomer ID system yang sedang aktif ter-pairing dengan receiver. Pada bagian atas diantara antena dan kabel gitar, terdapat tombol power sekaligus untuk mute sinyal dari transmitter. Untuk ON/OFF, tekan tombol selama 4-5 detik, sampai dengan nomer ID sistem menyala. Untuk mute/unmute, cukup tekan dengan normal sekali.



FEEL & HEAR

Penasaran dan ragu adalah hal yang pertama saya rasakan saat mencoba menggunakan System 10 Stompbox ini. Maklum, selama ini saya selalu mempercayakan kabel untuk penghantar sinyal instrumen gitar. 

Dari beberapa kali manggung menggunakan System 10 Stompbox ini, secara konektivitas lumayan oke. Realtime. Saya tidak merasa ada latency. Pun ketika harus mobile kesana kemari, tidak ada gejala signal loss. Saya mendengar sound gitar saya seperti yang saya harapkan. Saat memainkan part-part clean, benar-benar benar-benar jernih. Tidak ada coloration. Pun gangguan-gangguan dari signal wireless lain rasanya tidak saya temui, mengingat banyak perangkat wireless pada saat pertunjukan. Seperti microphone wireless MC, wireless gitaris lain dan perangkat nirkabel lainnya.

Secara jelajah, mungkin System 10 Stompbox memiliki jelajah sedikit pendek daripada produk sejenis yang mengklaim mampu meng-cover radius 60 meter. System 10 Stompmbox efektif pada jarak maksimal kira-kira 30 meter. Untuk panggung-panggung kecil sampai besar ukuran Indonesia, jelajah segitu sangat cukup mengakomodasi kebutuhan mobilisasi diatas panggung. Kecuali ketika harus berbagi panggung dengan Coldplay atau U2 yang panggungnya super besar dan panjang, hahahaha....


Sekian review singkat System 10 Stompbox ini. Semoga menjadi pertimbangan untuk memilih wireless gitar kalian.





Tuesday, January 27, 2015

Search This Blog